Thursday, August 21, 2008

6. DR. Adian Husaini, MA - Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)


http://adianhusaini.blogspot.com/


Lebih Penting Praktek di Lapangan


Sejauh yang saya ketahui, MUI saat ini sedang melakukan penelitian dan harus dichek betul tentang persoalan inti LDII itu. Karena dulu, mereka dikenal (dituduh) dengan (isu-isu) doktrin-doktrinnya seperti ajaran manqul. Mereka (diisukan) mempunyai sanad sendiri dan merasa orang Islam yang lain bukan saudaranya. Bahkan, misalnya, dahulu jika kita menduduki kursi di rumahnya, lalu kursi itu dilap (dibersihkan) lagi. Orang Islam lain dianggap najis dan lain sebagainya. Mereka memakai Hadits tentang bai’at. Menurut mereka, kalau seseorang tidak berbai’at, maka orang itu akan mati seperti matinya orang jahiliyah. Yang mereka maksud dengan bai’at di sini adalah harus bai’at kepada imamnya. Nah, karena hal inilah kemudian, umat Islam yang lain menganggap mereka berada di kelompok yang sesat.

Jika sekarang mereka mengatakan ada paradigma baru, menurut saya hal itu perlu ditelaah. Apakah mereka betul serius? Apakah benar mereka sudah merevisi ajaran-ajarannya? Apakah benar mereka sudah menganggap se-Islam ini saudara se-Islamnya, dan mereka boleh menikah dengan orang Islam yang lain, dan mereka boleh bermakmum di belakang orang Islam yang lain. Apakah sudah seperti itu? Sebab sejauh ini, meskipun ada banyak perbedaan di antara ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya, tetapi perbedaan itu tidak ada masalah. Termasuh menikah dengan ormas lain juga boleh, tidak menimbulkan masalah. Hal-hal semacam itu, saya kira perlu dievaluasi.

Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) selama ini mempercayakan masalah LDII kepada LPPI, karena LPPI memang dibentuk oleh tokoh-tokoh DDII untuk menangani masalah-masalah aliran. Dewan Dakwah tidak secara langsung melibatkan diri dalam penanganan LDII, Syiah, dan lain-lain.

Paradigma baru LDII itu perlu dicocokkan. Masalahnya, sekarang ini buku-buku yang beredar di jama’ah-jama’ah LDII itu adalah buku-buku yang lama. Apakah buku-buku dan ajaran-ajaran itu sudah direvisi? Jadi tidak cukup hanya dengan menyatakan bahwa mereka sudah berubah, tetapi kemudian ke dalamnya bagaimana? Sama dengan Ahmadiyah kan? Dalam melihat Ahmadiyah, pemerintah tidak cukup hanya dengan mendengarkan pernyataan mereka, tetapi harus melihat realita di lapangan. Itu yang lebih penting, karena masyarakat melihat sendiri kenyataan di lapangan. Misalnya, masyarakat melihat ada masjid LDII, apakah jama’ah masjid itu sudah berbaur dengan jama’ah yang lain? Kalau dulu mereka tidak mau shalat Jum’at dengan yang lain, mereka membuat jama’ah Jum’at sendiri. Nah, sekarang semua itu sudah berubah atau belum? Jadi, lebih penting praktek di lapangan, dan literatur lama itu harus ada revisi.

...

5 comments:

wanto said...

aslkm bpk adian...???
saya seorang muslim&saya suka dengan anak perempuan dari jamaah ldii...??
yang saya tanyakan,pa betul nikah am seorang ldii harus ikut ldii/jadi jamaahny....?
kata pak adian kan tidak ad masalah untuk nikah dengan non ldii??
itu yang jadi permasalahan saya saat ini...

terima kasih&semoga pak adian bisa kasih solusi&penjelasanny...

wassalm.

Deni Prast said...

Assalamu 'alaikum..
Kejadian wanto juga sama persis yg saya alami..
Saya juga menyukai muslimah ldii namun tidak direstui oleh orang tuanya karena saya non-ldii walaupun saya juga seorang muslim..
Apa tanggapan bapak atas realita tersebut??

Mari Belajar said...

assalamualaikum wr.wb.
saya senang kalau LDII mau berubah. Tapi masih saya sering jumpai dikalangan LDII masih menggunakan ajaran lama. misalnya teman saya sendiri masih tidak mau bersolat jamaah dengan lain jamaah serta tidak mau solat jumat dengan jamaah lain. temn saya asalnya dari jogjakarta. harap LDII di Jogja bisa membenahi masalah ini

tolong apakah ini dah dibenahi oleh pengurus LDII.

waalaikumusalam

Unknown said...

Assalamuakum wr wb

Pak Adian, dalam buku2 LPPI karangan Hartono Zais yg menulis tentang LDII jauh dari sikap ukuwah islamiyah, bagaimana LPPI bisa menerbitkan buku yang jauh dari informasi berimbang.

Dan mengapa LPPI yang dipercaya DDII bisa merestui buku tsb? bukankan ini malah melukai rekan2 di LDII, dan semangat Pradigma baru yang di Usung LDII harusnya mendapatkan dukungan, akan tetapi yang terjadi dilapangan adalah informasi tdk seimbang, apalagi media2 yg dikelola oleh DDII dan LPPI malah menyerang LDII dengan berbagai intrik2 memanfaatkan para mantan2 LDII untuk memperkuat bukti2 yang ada, padahal semua belum tentu benar dan inikah yang anda maksud? padahal masalah Agama adalah HAK semua warga Indonesia.

Unknown said...

ldii punya paradigma baru????. paradigma apa??? jangan-jangan paradigma baru untuk menipu/memanipulasi/berbohong/berdusta/dan suka mengkafirkan. apa arti paradigma? bukankah artinya adalah cara berpikir/cara berpendapat/cara melihat?. jadi ldii punya paradigma baru artinya ldii punya cara berpikir/cara berpendapat/cara melihat baru untuk menipu/memanipulasi/berbohong/berdusta/dan suka mengkafirkan. yang diharapkan ldii TAUBAT NASUHA.